Thursday, December 30, 2004

Gunung Jangan Pula Meletus

Agak panjang siyy.... Tapi bagus juga buat renungan.


Kompas, Rabu, 29 Des 2004

Gunung Jangan Pula Meletus
Oleh Emha Ainun Nadjib

KHUSUS untuk bencana Aceh, saya terpaksa menemui Kiai Sudrun. Apakah kata mampu mengucapkan kedahsyatannya? Apakah sastra mampu menuturkan kedalaman dukanya? Apakah ilmu sanggup menemukan dan menghitung nilai-nilai kandungannya?

Wajah Sudrun yang buruk dengan air liur yang selalu mengalir pelan dari salah satu sudut bibirnya hampir membuatku marah. Karena tak bisa kubedakan apakah ia sedang berduka atau tidak. Sebab, barang siapa tidak berduka oleh ngerinya bencana itu dan oleh kesengsaraan para korban yang jiwanya luluh lantak terkeping- keping, akan kubunuh.

"Jakarta jauh lebih pantas mendapat bencana itu dibanding Aceh!," aku menyerbu.

"Kamu juga tak kalah pantas memperoleh kehancuran," Sudrun menyambut dengan kata- kata yang, seperti biasa, menyakitkan hati.

"Jadi, kenapa Aceh, bukan aku dan Jakarta?"

"Karena kalian berjodoh dengan kebusukan dunia, sedang rakyat Aceh dinikahkan dengan surga."

"Orang Aceh-lah yang selama bertahun-tahun terakhir amat dan paling menderita dibanding kita senegara, kenapa masih ditenggelamkan ke kubangan kesengsaraan sedalam itu?"

"Penderitaan adalah setoran termahal dari manusia kepada Tuhannya sehingga derajat orang Aceh ditinggikan, sementara kalian ditinggalkan untuk terus menjalani kerendahan."

"Termasuk Kiai...."

Cuh! Ludahnya melompat menciprati mukaku. Sudah biasa begini. Sejak dahulu kala. Kuusap dengan kesabaran.

"Kalau itu hukuman, apa salah mereka? Kalau itu peringatan, kenapa tidak kepada gerombolan maling dan koruptor di Jakarta? Kalau itu ujian, apa Tuhan masih kurang kenyang melihat kebingungan dan ketakutan rakyat Aceh selama ini, di tengah perang politik dan militer tak berkesudahan?"

Sudrun tertawa terkekeh-kekeh. Tidak kumengerti apa yang lucu dari kata-kataku. Badannya terguncang-guncang.

"Kamu mempersoalkan Tuhan? Mempertanyakan tindakan Tuhan? Mempersalahkan ketidakadilan Tuhan?" katanya.

Aku menjawab tegas, "Ya."

"Kalau Tuhan diam saja bagaimana?"

"Akan terus kupertanyakan. Dan aku tahu seluruh bangsa Indonesia akan terus mempertanyakan."

"Sampai kapan?"

"Sampai kapan pun!"

"Sampai mati?"

"Ya!"

"Kapan kamu mati?"

"Gila!"

"Kamu yang gila. Kurang waras akalmu. Lebih baik kamu mempertanyakan kenapa ilmumu sampai tidak mengetahui akan ada gempa di Aceh. Kamu bahkan tidak tahu apa yang akan kamu katakan sendiri lima menit mendatang. Kamu juga tidak tahu berapa jumlah bulu ketiakmu. Kamu pengecut. Untuk apa mempertanyakan tindakan Tuhan. Kenapa kamu tidak melawanNya. Kenapa kamu memberontak secara tegas kepada Tuhan. Kami menyingkir dari bumiNya, pindah dari alam semestaNya, kemudian kamu tabuh genderang perang menantangNya!"

""Aku ini, Kiai!" teriakku, "datang kemari, untuk merundingkan hal-hal yang bisa menghindarkanku dari tindakan menuduh Tuhan adalah diktator dan otoriter...."

Sudrun malah melompat- lompat. Yang tertawa sekarang seluruh tubuhnya. Bibirnya melebar-lebar ke kiri-kanan mengejekku.

"Kamu jahat," katanya, "karena ingin menghindar dari kewajiban."

"Kewajiban apa?"

"Kewajiban ilmiah untuk mengakui bahwa Tuhan itu diktator dan otoriter. Kewajiban untuk mengakuinya, menemukan logikanya, lalu belajar menerimanya, dan akhirnya memperoleh kenikmatan mengikhlaskannya. Tuhan-lah satu-satunya yang ada, yang berhak bersikap diktator dan otoriter, sebagaimana pelukis berhak menyayang lukisannya atau merobek-robek dan mencampakkannya ke tempat sampah. Tuhan tidak berkewajiban apa- apa karena ia tidak berutang kepada siapa-siapa, dan keberadaanNya tidak atas saham dan andil siapa pun. Tuhan tidak terikat oleh baik buruk karena justru Dialah yang menciptakan baik buruk. Tuhan tidak harus patuh kepada benar atau salah, karena benar dan salah yang harus taat kepadaNya. Ainun, Ainun, apa yang kamu lakukan ini? Sini, sini..."-ia meraih lengan saya dan menyeret ke tembok-"Kupinjamkan dinding ini kepadamu...."

"Apa maksud Kiai?," aku tidak paham.

"Pakailah sesukamu."

"Emang untuk apa?"

"Misalnya untuk membenturkan kepalamu...."

"Sinting!"

"Membenturkan kepala ke tembok adalah tahap awal pembelajaran yang terbaik untuk cara berpikir yang kau tempuh."

Ia membawaku duduk kembali.

"Atau kamu saja yang jadi Tuhan, dan kamu atur nasib terbaik untuk manusia menurut pertimbanganmu?," ia pegang bagian atas bajuku.

"Kamu tahu Muhammad?", ia meneruskan, "Tahu? Muhammad Rasulullah shallallahu 'alaihi wa alihi wasallah, tahu? Ia manusia mutiara yang memilih hidup sebagai orang jelata. Tidak pernah makan kenyang lebih dari tiga hari, karena sesudah hari kedua ia tak punya makanan lagi. Ia menjahit bajunya sendiri dan menambal sandalnya sendiri. Panjang rumahnya 4,80 cm, lebar 4,62 cm. Ia manusia yang paling dicintai Tuhan dan paling mencintai Tuhan, tetapi oleh Tuhan orang kampung Thaif diizinkan melemparinya dengan batu yang membuat jidatnya berdarah. Ia bahkan dibiarkan oleh Tuhan sakit sangat panas badan oleh racun Zaenab wanita Yahudi. Cucunya yang pertama diizinkan Tuhan mati diracun istrinya sendiri. Dan cucunya yang kedua dibiarkan oleh Tuhan dipenggal kepalanya kemudian kepala itu diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer sehingga ada dua kuburannya. Muhammad dijamin surganya, tetapi ia selalu takut kepada Tuhan sehingga menangis di setiap sujudnya. Sedangkan kalian yang pekerja
annya mencuri, kelakuannya penuh kerendahan budaya, yang politik kalian busuk, perhatian kalian kepada Tuhan setengah-setengah, menginginkan nasib lebih enak dibanding Muhammad? Dan kalau kalian ditimpa bencana, Tuhan yang kalian salahkan?"

Tangan Sudrun mendorong badan saya keras-keras sehingga saya jatuh ke belakang.

"Kiai," kata saya agak pelan, "Aku ingin mempertahankan keyakinan bahwa icon utama eksistensi Tuhan adalah sifat Rahman dan Rahim...."

"Sangat benar demikian," jawabnya, "Apa yang membuatmu tidak yakin?"

"Ya Aceh itu, Kiai, Aceh.... Untuk Aceh-lah aku bersedia Kiai ludahi."

"Aku tidak meludahimu. Yang terjadi bukan aku meludahimu. Yang terjadi adalah bahwa kamu pantas diludahi."

"Terserah Kiai, asal Rahman Rahim itu...."

"Rahman cinta meluas, Rahim cinta mendalam. Rahman cinta sosial, Rahim cinta lubuk hati. Kenapa?"

"Aceh, Kiai, Aceh."

"Rahman menjilat Aceh dari lautan, Rahim mengisap Aceh dari bawah bumi. Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera dipisahkan oleh Tuhan dari dunia. Ribuan malaikat mengangkut mereka langsung ke surga dengan rumah-rumah cahaya yang telah tersedia. Kepada saudara- saudara mereka yang ditinggalkan, porak poranda kampung dan kota mereka adalah medan pendadaran total bagi kebesaran kepribadian manusia Aceh, karena sesudah ini Tuhan menolong mereka untuk bangkit dan menemukan kembali kependekaran mereka. Kejadian tersebut dibikin sedahsyat itu sehingga mengatasi segala tema Aceh Indonesia yang menyengsarakan mereka selama ini. Rakyat Aceh dan Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang memenjarakan mereka selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu, sehingga akan lahir keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua pihak".

"Tetapi terlalu mengerikan, Kiai, dan kesengsaraan para korban sukar dibayangkan akan mampu tertanggungkan."

"Dunia bukan tempat utama pementasan manusia. Kalau bagimu orang yang tidak mati adalah selamat sehingga yang mati kamu sebut tidak selamat, buang dulu Tuhan dan akhirat dari konsep nilai hidupmu. Kalau bagimu rumah tidak ambruk, harta tidak sirna, dan nyawa tidak melayang, itulah kebaikan; sementara yang sebaliknya adalah keburukan- berhentilah memprotes Tuhan, karena toh Tuhan tak berlaku di dalam skala berpikirmu, karena bagimu kehidupan berhenti ketika kamu mati."

"Tetapi kenapa Tuhan mengambil hamba-hambaNya yang tak berdosa, sementara membiarkan para penjahat negara dan pencoleng masyarakat hidup nikmat sejahtera?"

"Mungkin Tuhan tidak puas kalau keberadaan para pencoleng itu di neraka kelak tidak terlalu lama. Jadi dibiarkan dulu mereka memperbanyak dosa dan kebodohannya. Bukankah cukup banyak tokoh negerimu yang baik yang justru Tuhan bersegera mengambilnya, sementara yang kamu doakan agar cepat mati karena luar biasa jahatnya kepada rakyatnya malah panjang umurnya?"

"Gusti Gung Binathoro!," saya mengeluh, "Kami semua dan saya sendiri, Kiai, tidaklah memiliki kecanggihan dan ketajaman berpikir setakaran dengan yang disuguhkan oleh perilaku Tuhan."

"Kamu jangan tiba-tiba seperti tidak pernah tahu bagaimana pola perilaku Tuhan. Kalau hati manusia berpenyakit, dan ia membiarkan terus penyakit itu sehingga politiknya memuakkan, ekonominya nggraras dan kebudayaannya penuh penghinaan atas martabat diri manusia sendiri-maka Tuhan justru menambahi penyakit itu, sambil menunggu mereka dengan bencana yang sejati yang jauh lebih dahsyat. Yang di Aceh bukan bencana pada pandangan Tuhan. Itu adalah pemuliaan bagi mereka yang nyawanya diambil malaikat, serta pencerahan dan pembangkitan bagi yang masih dibiarkan hidup."

"Bagi kami yang awam, semua itu tetap tampak sebagai ketidakadilan...."

"Alangkah dungunya kamu!" Sudrun membentak, "Sedangkan ayam menjadi riang hatinya dan bersyukur jika ia disembelih untuk kenikmatan manusia meski ayam tidak memiliki kesadaran untuk mengetahui, ia sedang riang dan bersyukur."

"Jadi, para koruptor dan penindas rakyat tetap aman sejahtera hidupnya?"

"Sampai siang ini, ya. Sebenarnya Tuhan masih sayang kepada mereka sehingga selama satu dua bulan terakhir ini diberi peringatan berturut-turut, baik berupa bencana alam, teknologi dan manusia, dengan frekuensi jauh lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, karena itu semua tidak menjadi pelajaran, mungkin itu menjadikan Tuhan mengambil keputusan untuk memberi peringatan dalam bentuk lebih dahsyat. Kalau kedahsyatan Aceh belum mengguncangkan jiwa Jakarta untuk mulai belajar menundukkan muka, ada kemungkinan...."

"Jangan pula gunung akan meletus, Kiai!" aku memotong, karena ngeri membayangkan lanjutan kalimat Sudrun.

"Bilang sendiri sana sama gunung!" ujar Sudrun sambil berdiri dan ngeloyor meninggalkan saya.

"Kiai!" aku meloncat mendekatinya, "Tolong katakan kepada Tuhan agar beristirahat sebentar dari menakdirkan bencana-bencana alam...."

"Kenapa kau sebut bencana alam? Kalau yang kau salahkan adalah Tuhan, kenapa tak kau pakai istilah bencana Tuhan?"

Sudrun benar-benar tak bisa kutahan. Lari menghilang.

Wednesday, December 29, 2004

Bencana

negeri ku terus menangis. tanpa lelah. terus meratapi yang telah terjadi. alam murka. mayat2 bergelimpangan. tangisan takan pernah dapat mengobati. berharap semua yang terjadi hanyalah sebuah hayalan, tidak nyata. tetapi Tuhan berkehendak lain. trauma terus manghantui. semua terjadi tanpa pertanda, tanpa isyarat. hanya dapat berharap segalanya akan lebih baik.

sadar nga siyy di tahun 2004 ini kayanya bencana nga abis2. seperti yang baru2 ini terjadi, bukan hanya Indonesia saja. Tetapi asia. Seluruh negeri meratapi yang telah terjadi.
Sudah dengar kabar terbaru kalau pulau Jawa pun berkemungkinan akan terkena Tsunami. Serem juga ya.. tapi mudah2an siyy nga terjadi. Mo kaya apa Indonesia kalau kena bencana terus.. hikss hikss...
Tetapi kayanya salah dech kalau kita menyalahkan Tuhan, walaupun ini kuasa Allah SWT. Mungkin memang ini cobaan yang harus kita hadapi bersama, mungkin saat ini semua orang sedang jauh dari Nya.

Sampai sekarang gw sendiri takut nonton berita. Karena pasti banyak berita2 tentang bencana. Terutama bencana yang sedang melanda Aceh. Yang banyak banget nelan korban. Gw berharap keadaan seperti ini nga terus berlanjut. Semoga semua dapat kembali normal dan damai.

Sunday, December 26, 2004

C Box

Waduuuhhhhhhhhhhhh....... CBox kenapa ya... koq nga bisa siyy =(

Friday, December 24, 2004

Semua Kacau

Manusia memiliki hak untuk dihargai dan saling menghargai. Terkadang kita merasa diri kita tertindas tetapi mereka tetap buta. Berteriak pun tidak didengarkan. Seakan semuanya hanya bayangan. Tidak nyata. Kesabaran selalu ada batasnya. Pada masa-masa tertentu mungkin semua akan meledak. Menumpahkan segala isi. Tidak dapat dibedakan mana yang seharusnya benar atau salah. Semua tertutup. Hingga saatnya nanti, tetap berharap angin sejuk tidak terus bersembunyi.

when everything screw up
Bye ma' friend. I wish this is the right way for you to get the better one.

Opiss ku Sepiiii

Wahahaha... kantor sepi euy... Jarang-jarang niy kaya begini, secara orang2 sini pada betah2 banget di kantor. Hari ini emang pulang cepet siyy, cuma 1/2 hari. Gw sendiri..hhmmm masih betah hehehe.. ntar aja pulang. Kalo lagi kaya begini, enaknya akses internet jadi cepet hehehe.. jadi nyang mo browsing2 hari in di kantor.. pastinya cepet bettt....

Selamat hari raya buat yang merayakan...
Mo kirim2 kue... boleh (^_^)

Sunday, December 19, 2004

Work On Sunday

Waduhh... udah minggu lagi ya. Males banget dech di kantor. Lampu toilet n AC mati. Apalagi gw penggemar setia toilet. hiks..hikss.. Jadi harus turun naik lift nich ke Lt.9. Mo bolak-balik malu ma satpam. Entar dikira saingan lagi ngecek2 lantai :p. Mau nga mau.. minum di kurangin. Tapi hari ini tumben niyy, bawaannya aus melulu. Bikin es teh manis 2 kali pula. Secara minum teh bikin gw beser hwehehehe. Hasilnya...gw udh 2 kali turun. Lagi nahan yg ke 3. Secara badan nga mo kompromi. Alias dah naksir ma bangku.

Udah lama niy nga cari anime scanlation... Hayoo yang punya anime scan minta duonkkk..


/update 06:30 pm.
Huaaaa.... Baru inget, hari ini kan ada Jazz Goes to Campus di FEUI Depok. Nasib..nasib jadi kuli, nga bisa nonton : (. Udah lama niyy nga nonton live jazz... Huaaa...padahal anak2 Hadrockaz banyak yang kesana. Hiks..hiks.. Mo nonton..........


Trailer : Gege Mengejar Cinta

Well, belum beli bukunya siyy...
Ntar ya kang...
Tapi pasti buku2 nya kang Adhit lucu ^_^

/update
maap ya teh... abis di setrap niyy ma teh ninit gara2 salah judul.. hehehehe...
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
from the guy who brought you "Jomblo"...
Trailer Gege Mengejar Cinta (in bookstores, this weekend)



On the Characters..

Gege
Tahun 1990. Tahun ajaran baru 1 bulan berjalan di SMP 19 Jakarta ketika para guru memutuskan untuk mengajak siswa kelas dua berkaryawista. Para siswa kelas dua itu berkeliaran dengan tidak jelas di pinggir Jalan Bumi. Mereka sedang berebut untuk naik sejumlah bus karyawisata. Sebagaimana layaknya karyawisata SMP, bus dibagi per kelas. Sayangnya, kelas di SMP itu terbagi dari pintar ke bodoh. Adalah Geladi Garnida, seorang anak sehat yang menyadari pembagian ini, hari itu. Hari itu juga mereka akan pergi ke Kebun Raya Bogor. Beberapa dari mereka yang tidak berniat naik kelas langsung memilih bus kota, bolos.
”Kelas 2-1 itu anaknya pinter semuah...” dia berusaha menjelaskan pada teman-teman sekelas, kelas 2-8 di dalam bus. ”Nah kelas kitah, isinya semua calon tukang nusuk orang.”
Hal ini segera disanggah secara skeptis oleh teman-teman.
”Ah gak percaya gue!”
”Bagi kelasnya acak lagi. Kebetulan aja temen-temen kita yang preman, ngumpul di sini.”
Gege berusaha terus menjelaskan.
”Liat ajah, semua yang ranking satu pas kelas satu masuk 2-1 kecuali guah. Ini sepertinya ada kesalahan.”
”Rese lo. Bilang aja pengen diaku pinter. Eh uhm, besok masih boleh nyontek ama elo kan?”
_________
Gege dengan penuh percaya diri berjalan pelan menghampiri sebuah cubicle.
”Selamat sore Caca...” ujarnya dengan nada pasti.
”Selamat sore Pak. Bisa saya bantu?”
Gege melempar pulpen ke mukanya.
--plak--
”ADUH!”
Gege berkata pada Ventha. ”Gimana guah bisa konsentrasi kalo yang jawab pake suara jin tomang?” Gege menunjuk lawan bicara yang tidak lain adalah Eman.
”Si Tia pake acara ijin setengah hari pula.” Gerutu Gege. Dia membayangkan lebih baik berlatih dengan seorang wanita.
”Ya udah, ulang. Ge, lo jalan lagi dari sana, ceritanya elo nasabah bank lah. Man, elo coba pake suara perempuan.”

Gege kembali berjalan.
”Sore Ca.”
”Sore Mas....” jawab Eman dengan kerling mata.
”Okeh.
Satu, mata Caca gak mungkin kerlip gituh kayak orang cacingan.” Gege kembali dengan sikap analitisnya.
”Dua, sekarang suaranyah mirip kuntilanak”
”Adaptif kek dikit?” omel Ventha.
”Jadi gimanah dong guah? Terlebih lagi, guah entar ngomong apah?”

Tia
Di saat yang sama, pegal dan linu masih membuat Tia berjalan seperti orang kurang buah di pagi hari, diiringi lagu mellow dari ruang siaran. Seminggu setelah tangisnya di dalam studio, dia telah bertekad untuk mencari perhatian ekstra.

Langkah kongkrit dari ikrar ini adalah dengan mengikuti kelas senam termahal yang, santer isu beredar, dapat merubah emak-emak bau tanah menjadi super model. Yang Tia tidak sangka adalah betapa berbahayanya aktivitas ini. Teriakan Bang Punjab – Sang pembugar masih mengiang men-traumakan Tia, lengkap dengan spandex pink ketatnya.

”AYO INDONESIA! JALAN KAYANG SEMUA!”
”Hiiighg” Tia menggigil traumatis menutup kuping. ”Things I do for Men...” gerutunya.
_________
Take sound selesai. Tia berjingkrak seperti anak kecil mendatangi Gege. Gege tampak sedang bersiap-siap pergi membawa sebuah bungkusan.
”Heh, Polar Bear...makan siang yuk. Kali ini gue janji deh gak rewel kalo lewat gedung sana”
”Wah guah gak bisa Ti....”
”...”
”Guah makan siang sama Caca.”
”...” Tia tiba-tiba ternggelam dalam khayalan. Gege menjadi bintang tamu acara masak Rudy Choiruddin.

’Jadi ibu-ibu... kita iris hatinya kecil-kecil...’

”Kok...kok....kok bisa?” Tia kaget terbata-bata, seperti orang yang gengsi mencintai orang lain yang mencintai orang lain lagi dan baru tahu orang lain itu akan makan siang dengan orang yang dia cintai
[1].
”Iyah. Kemaren guah datengin dia.”
”Kok sekarang langsung makan siang? Besok ngapain? Beranak?”
Gege merengut tidak mengerti.
”Elo udah mulai resmi nih, deketin dia? Bukannya masih nanti-nanti? Elo mau nunggu elo siap dulu?”
Gege lantas menjelaskan apa yang terjadi kemarin hari.
”Kemaren ituh gara-gara gugup, guah kenalannyah pas udah tutup kantor. Jadinyah dia nawarin makan siang bareng hari inih. Di restoran Jepang atas kantor dia. Mahal bo. Miskin deh guah abis inih.”
Tia terdiam.
Kemarin?
Kenapa Tia tidak mencegahnya?
Ke mana Tia?
Tia pergi.
Izin pulang cepat.
Beli soft lens.
Demi Gege.
”*&%*%^#(&$*^%#%^$!!!!”
”Trus udah gitu dia tambah cakep Ti. Rambutnya sekarang yang bener-bener lemes jatoh gituh.”
”Lo suka ya rambut lemes?” tanya Tia sambil melirik ke cermin, melirik rambutnya yang ikal jatuh sejauh tengkuk dengan poni dan anak rambut yang sama panjangnya.
”Guah suka apa ajah yang Caca tampilkan...kecuali botak. Udah ah..guah duluan yah....” Gege berlalu menuju pintu.

”CEPAT! CEGAH! CE! GAH!”

”GE! GE! TUNGGU!”

Gege dan Tia
”Ada apah Ti?”
”Ng...gak.”
”You’ve been acting..I don’t know...weird, today.”
”Weird how?”
”Yah gitu deh. Bentak-bentak. Terus menatap guah seperti apa yah...sapi.”
”PMS.” Bohong.
”Bohong.”
”Kok tau gue boong? Maksud gue, kok elo ngira gue boong?”
”Kita kenalan dari kapan? Setahun? Not even once, eluh pernah PMS.”
”...”
”I know you Ti.”
”Do you, Ge? Do you really? How about that small tiny fact that I love you?”
”No you don’t.”
”I do.”
”No you don’t.”
”Tia suka warna biru.
Suka kopi.
Gak suka orang bau.
Ujung bibir kiri eluh selalu naik duluan sebelum ujung bibir kanan ketika tertawa.
Dengan gigih selalu pergi ke resepsi pernikahan bareng guah guna mencari jodoh.
Di sana sehabis menjarah makanan, selalu pergi ke kamar kecil, memastikan bahwa tidak ada sisa makanan yang terselip di gigi karena itu akan mendropkan nilai jual.
You and all the little things that you do, Tia.”

Tia terdiam menatap garpu, terlalu gengsi menatap Gege.
”Gue suka warna biru sejak elo kerja dengan tas biru buluk lo itu.
Gue jadi suka kopi karena pas nyeduh kopi di pantrylah pertama kali elo ngebuat gue ketawa..
Gue suka bau badan elo yang wangi.
Ujung bibir kiri gue seperti itu karena elo yang ngebuat gue tertawa.
Gue pergi ke banyak resepsi just to be with you...
dan gue mastiin diri gue secantik mungkin....karena gue dandan demi elo.You...and all the little things that you are..”
jawabnya pahit dalam hati. Masih gengsi.

[1] Sori gua juga bingung. Let’s see. Orang lain cinta sama orang lain…you know what? Just go on reading!
--
Regards, Adhitya
+225 05871731 /
http://adhitya.blogspot.com/

Saturday, December 18, 2004


Listening to LightHouse Family.

Today, my feeling is better than last night.

Monday, December 13, 2004

-welcome to my blog-

Welcome to my blog.... kayanya ini bahasa wajib banget ya. Soalnya almost all of blogs I've ever seen use this subject on their first post. Lucu juga siyy..jadi kaya semcam perkenalan diri. Jadi latah bikin subject yang sama ^_^ -tapi koq telat ya hwehehehe-

Sebenernya siyy nothing really special in my own blog. Kadang w malah bingung sendiri mo nulis apaan. paling isinya nga jauh2 dari puisi2 favorit karya orang lain hehehehe. Ada siyy puisi bikinan ndiri, tapi cuma satu dua xixixixix. harap maklum ya sodara2. N kejadian2 spesial aja kali ya.
oh iya... yang mo comment silahkan di comment sejujur2nya ya ^_^

Saturday, December 11, 2004

Bali Gitu Lochh

Goes to Balie...... wehehehehehe.... really fun.. banget banget banget.
Tahun ini Infotek ngadain outing ke Bali. wuihhh gimana nga semangat anak2 opiss. Secara senang2 gitu lochh. Berlibur gratisan ke Balie. rame2 pula..
tapi... untuk support nga ada yang ngikut. kesiann ya... dan gw dengan terpaksa meninggalkan anak2 support selama 3 hari
mangap ya guysss.......


Day 1 (031204) :: Kumpul di bandara, harusnya siy jam 11 udah pada kumpul.. tapi taukan.. Jam nya indon =). Gw nyampe di bandara sekitar jam 10.30 wib. setelah berpanas panas ria, ketawa ketiwi, cela celaan, n take lunch. akhirnya Team jatis jalan juga.. pheww.... Sampe disana sekitar jam 14.40 wit. Dari bandara di jemput ma orang HardRock. Singgah di Center Stage hardRock Hotel, biasa rombongan jadi harus di briefing dulu. N pembagian kamar. Me.. di kamer 1309 with Winda n Feby. ternyata terasing hikss hikss. Yang lain banyak di blok 4,5 or 6. Tapi not bad lachh lokasinya. deket ma lobby, jadi gampang kalo keluar hehehehe.
Masuk kamar, beres-beres.. mandi dulu..biar mangi.. kan mo dinner di Jimbaran...
lama banget ya jalannya, secara udah krucuk krucuk niyy perut. Kalo siang nga masuk nasi suka error giniy. indonesia banget nga siyy :). Berangkatt... berangkat... hayu atuhh laper niyyy...
Nyampe di Jimbaran, udah pada mangi2 eh kena asap bakar2an lagi. kakakakakak...kesiaaan banget siyy...
Karena udah kelaperan... nasi 1 bakul ampir ludes, nyisa sedikit siyy tapi keburu di rampok ma meja sebelah. padahal 1 meja isinya cewek semua. Hmm...Sea Food, yummy yummy... 1#nasi+ikan apa ya??? nga tau namanya 2#kerang 3#sate cumi 4#udang 5#fruit.. bwahahaha..kalo inget jadi mo maluu. Makan kaya orang kalap, terutama di tikungan maut. Winda, Visca n Gw tentunya huahahahaha. jadi serem..koq bisa ya pada kaya begitu.
Abis pada kenyang..pada lari ke pantai, photo2 terusss, ternyata banci2 photo banyak berkeliaran.
Pulang ke hotel, nyari acara lagi hehehehe.. acara bebas..bisa nyebar kemana aja. alias suka2 situ lach.. mo kemana aja, yang penting besok siang ke pantai yaa. Akhirnya..jatuh pilihan ke HardRock Cafe with Fitri dkk ampe jam 3 hehehehe

Day 2 (041204) :: Rencana mo berenang pagi nga kesampean. kecapean semua satu kamer :P. Akhirnya pada mandi trus Breakfast di gamelan.
"habis ini Kumpul di pantai ya..." -panitia- "okeh, bentar ya belum selesai nich"
Games at Kuta Beach. apalagi kalo bukan doorprize, Handphone-MesinCuci-Printer. Puanassss.. matahari lagi tersenyum maniezz banget.. secara nga bawa sunblock.
"Ikutan yuk May"-winda-"hayukksss..."secara hadiahnya menggiurkan hehehehe
Setelah di kerjain, disuruh joget joget, guling gulingan dari pantai ke laut, ampe dikubur di pasir, ternyata gw kalah. huuuuu...tapi lumayan lachh, buat seru2an n dpt travel bag siyy.
Abis bersih2 di laut, balik ke hotel.. mandiiiiii... pasir dimana2
Siang..free time.. gw n anak2 jalan ke Benoa, sekitar 20 orang. Ternyata bakalan jadi hari yang menyebalkan. Makanannya mahal n lama banget keluarnya. N hujan pula, anginnya kenceng lagee.. hmmm..pokoknya membosankan.
Shopping.... mari..mari... its girl time. Tapi sayang ya, sampenya dach telat. Ternyata pasarnya tutup jam 6. N banyak yang nga puas gitu dech belanjanya. Gw siyy nga beli apa2an. Cuma beli daster buat my mom n kaos buat my dad.
Dinnerrr... Makan malem pada kebingungan, akhirnya pada makan di Denpasar.
Nyampe hotel pada nga istirahat lagee. abis bersih2 n duduk pada jalan lagi ke Hard Rock
what a hard day... but heppy juga =)

Day 3 (051204) :: Akhirnya kesampean juga berenang...
Breakfast at Gamelan.. trus beres2 dech....
Kumpul2 di lobby... n jalan lagi ke Bandara..
Bubyee Balii....

Tuesday, December 07, 2004

Adith n Ninit

Ya... ini dia salah satu penulis negeri sendiri yang baru aja nge-launch bukunya. Belum baca siyy.. Tapi kalo untuk buku Kang Adhit yang lama (JOMBLO) sumpah kocak abis, bener2 lucu. Kalo menurut gw buku2 mereka recommended banget.

Kok Putusin Gue


cool ya covernya

Gege Mengejar Cinta

Sunday, November 28, 2004

by Kahlil Gibran

by Kahlil Gibran

Ketika malam tiba
bunga menguncupkan kelopak
dan tidur, memeluk kerinduannya

Tatkala pagi menghampiri,
ia membuka bibirnya
demi menyambut
ciuman matahari

Waktu

Aku berjalan beriringan dengan waktu
terus kuikuti walau kadang enggan menyapaku
atau mungkin waktu yg terus mengikutiku
tak berujung

Sepenggal kisah yang tak dapat terhapuskan
walau masa terus memakanku
dan melumatku menjadi debu
ringan... berteman dengan angin

kadang terasa manis
dan sering membuatku menangis
tanpa suara... tanpa air mata

Wednesday, November 24, 2004

Aku Ingin

by Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

for the one

Hujan Bulan Juni

by Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

19 July 2003
Wonderful night with my gorgeous man

About This Blog

  © Blogger template 'Soft' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP